17 Kaidah Praktis Menghafal Al-Qur’an #1#: Sungguh-Sungguh Meluruskan dan Menjaga Niat
Oleh: DR. Samsuddin (Pimpinan Pesantren Tahfidz Wahdah Islamiyah Cibinong)
Menghafalkan Al-Qur’an merupakan amalan yang mulia. Sebagaimana ditunjukan oleh banyak keterangan dari ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Diantara keistimewaan penghafala Al-Qur’an, mereka layak menyandang predikat sebagai ‘’ahlul qur’an”, ‘’shahib/ashabul qur’an”.
Dalam hadits Nabi dikabarkan bahwa ahlul qur’an merupakan ahlulllah (keluarga Allah) dan orang-orang khusus (dekat) Nya Allah.
Di hadits lain disampaikan juga, ashabul qur’an berpeluang mendapatkan syafa’at dari Al-Qur’an pada hari kiamat kelak. Rasul bersabda;
“Bacalah Al-Qur’an! Karena sesuangguhnya dia (Al-Qur’an) akan datang sebagai pemberi syafa’at (pertolongan) kepada para sahabatnya pada hari kiamat”.
Dan masih banyak lagi keuatamaan dan kemuliaan lainnya yang dapat diraih oleh orang yang menghafal Al-Qur’an.
Menghafal Al-Qur’an itu Mudah
Menghafal Al-Qur’an itu mudah. Karena pada dasarnya telah dimudahkan oleh Allah Ta’ala. Dia yang memfirmankan Al-Qur’an dan Dia juga telah menjamin kemudahan mempelajari dan menghafalkannya. Kemudahan mempelajari dan menghafalkan Al-Qur’an dinyatakan secara eksplisit oleh Allah dalam empat ayat di surat Al-Qamar. Allah berfirman:
“Dan sungguh Kami telah mudahkan Al-Qur’an untuk dipelajari”. (Qs. Al-Qamar: )
Kebenaran janji dan jaminan Allah dalam ayat di atas dibuktikan oleh banyak hal. Diantaranya, Al-Qur’an dapat dihafalkan oleh semua kalangan dari berbagai latar belakang suku, bangsa, bahasa, profesi, dan usia. Bahkan kadang oleh mereka yang mengalami gangguan panca indera dan atau disabilitas. Kebenaran janji Allah akan kemudahan menghafal Al-Qur’an juga dibuktikan oleh banyaknya ragam metode menghafal Al-Qur’an yang ditemukan oleh para pakar dan praktisi.
Selain itu setiap saat selalu ada ulama dan praktisi penghafalan Al-Qur’an yang memberikan tips dan panduan praktis menghafal Al-Qur’an. Diantaranya Syaikh Prof. DR. Nashir bin Sulaiman al-Umar. Pendiri Lembaga Tadabbur Al-Qur’an Internasional ini memperkenalkan 17 kaidah mudah menghafal Al-Qur’an melalui salah satu karyanya, “Madarij al-Hifdz; Aisar al-Wasail Li Hifdz Al-Qur’an”.
Kaidah Pertama, Sungguh-sungguh dalam Menjaga dan Meluruskan Niat
Seorang penghafal Al-Qur’an hendaknya mengawali usaha menghafal Al-Qur’an dengan bersungguh-sungguh dalam meluruskan dan menjaga niat. Karena menghafal Al-Qur’an harus dilakukan dengan Lillahi Ta’ala, karena dan untuk Allah.
Jika menghafal Al-Qur’an dilandasi oleh niat Lillah, maka Allah akanmemudahkan. Selain itu dia juga akan memperoleh keutamaan dan kemuliaan penghafal Al-Qur’an yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan menjaga kelurusan niat membutuhkan kesungguhan dan kerja keras.
“Amalan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan berbuat dan mendapatkan hasil sesuai niatnya”, kata Syekh Nashir Al-Umar mengutip salah satu hadits Nabi yang terkenal, “innamal a’mal binniyyat”. Oleh karena itu, “orang yang ikhlas dan memperbaiki niatnya dalam menghafal al-Qur’an maka dia berpeluang untuk ditolong oleh Allah dalam menghafal”.
Niat ikhlas juga kata Syekh akan menjadikan seseorang berpeluang mendapatkan pahala dan akan selalu bersungguh-sungguh serta putus di tengah jalan dalam menghafal. Sebaliknya, orang yang beramal termasuk menghafal al-Qur’an karena sebab lain, maka konsistensinya dalam menghafal sangat dipengaruhui oleh sebab dan faktor tersebut. Jika sebab dan faktor tersebut hilang, maka hilang pula semangart dan motivasinya dalam berbuat.
Sebagai motivasi Syekh mengajak untuk merenungkan firman Allah dalam surat al-Ankabut ayat 29, “…
“Dan diantara bentuk mujahadah (bersungguh-sungguh) adalah ketulusan niat dan upaya menjaga niat dari was-was setan saat menghafal Al-Qur’an, karena terkadang setan memalingkan manusia dari menghafal Al-Qur’an dengan dalih dan klaim menjauhi riya”, ujar Syekh ketika mengomentari makna dan praktik mujahadah dalam konteks menghafal Al-Qur’an.
Bahkan dampak niat tidak hanya terkait dengan motivasi dan konsitensi dalam menghafal. Lebih dari itu, menghafal al-Qur’an termasuk ibadah yang paling mulia, dimana niat ikhlas merupakan syarat diterimanya suatu ibadah. Oleh karena itu jika ibadah dilandasi oleh niat ikhlas Lillah, maka ibadah tersebut diterima dan diberkahi oleh Allah. Sebaliknya jika amal ibadah dilandasi oleh niat dan tujuan selain Allah, maka amal tersebut tertolak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan, “orang yang mempelajari ilmu (termasuk di dalamnya menghafal Al-Qur’an dengan niat untuk mendebat orang-orang bodoh dan atau berbangga diri di hadapan ulama atau untuk mendapatkan perhatian manusia maka dia masuk neraka”. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Dalam hadits lain Nabi menyampaikan juga bahwa, “Orang yang pertama dimasukkan ke dalam api neraka adalah seseorang yang membaca Al-Qur’an dengan maksud dan tujuan untuk disebut (dipuji) sebagai qari”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban).
Oleh sebab itu seorang yang ingin berhasil dalam menghafal Al-Qur’an hendaknya mengawali dengan bersungguh-sungguh menata niat dan tujuan. Bahwa niat menghafal Al-Qur’an adalah karena Allah. Sehingga dengan demikian kegiatan menghafalnya bernilai ibadah, hafalannya dimudahkan dan diberkahi oleh Allah serta dikaruniai keteguhan dan istiqamah dalam menghafal. []
Bersambung, insya Allah.
[…] tulisan sebelumnya telah dijelaskan, kaidah dan langkah pertama dalam menghafal Al-Qur’an adalah bersungguh-sungguh […]
[…] 17 KAIDAH PRAKTIS MENGHAFAL AL-QUR’AN (1) […]
I don’t think the title of your enticle matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the enticle. https://accounts.binance.com/en/register?ref=P9L9FQKY