Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad (1): Dari Lahir Sampai Masa Sebelum Kenabian

Oleh: Dihyah Al-Qalbi (Siswa Kelas VIII SMP Wahdah Islamiyah Cibinong Bogor)

 

Nama, Nasab dan Kelahiran

Nabi kita yang mulia adalah Muhammad  shallallhu ‘alaihi wa sallam. Beliau  diutus  oleh Allah sebagai Rasul kepada seluruh manusia. Nabi Muhammad datang  dengan membawa ajaran  agama Islam  sebagai satu-satunya Agama wahyu yang diturunkan Allah.

Beliau berasal dari Bangsa Arab dan suku Qurasy yang merupakan suku paling terhormat di Makkkah al-Mukarramah. Garis  nasab beliau bersambung sampai ke Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Artinya beliau merupakan cucu atau keturunan dari Nabi Ismail bin Ibrahim ‘alaihimassalam.

Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab. Sedangkan ibundanya bernama Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf, bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian nasab ayah dan ibunda Nabi  bertemu pada kakek buyut yang kelima, yaitu Kilab.

Nabi  Muhammad  shallallahu ‘alaihi wa salam lahir pada  hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah yang bertepatan dengan tahun 570 M. Tahun  kelahiran  beliau disebut Tahun Gajah karena pada tahun  itu  terhjadi peristiwa  penyerang Ka’bah  oleh Pasukan Gajah yang dipimpin oleh Abraha dari Yaman.

Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib  meninggal dunia pada usia 18 tahun saat Nabi berada dalam kandungan. Abdullah dimakamkan di Yatsrib (nama Madinah sebelum Islam). Beliau meninggal tanpa mewariskan harta benda kepada Nabi dan ibundanya.

Masa Kecil  dan Remaja yang Penuh Perjuangan 

Pada masa kecilnya, Nabi Muhammad disusui oleh Tsuwaibah al-Aslamiyah dan Halimah As-Sa’diyah. Tsuwaibah merupakan hamba sahaya milik paman Nabi, Abu Lahab. Nabi tumbuh dalam asuhan Halimah hingga menginjak usia 4 tahun.

Pada usia 6 tahun, Nabi ditinggal wafat oleh Ibunya. Ibundanya, Aminah meninggal dunia dalam perjalanan dari Madinah bersama Nabi untuk berziarah ke kuburan ayahnya. Aminah dikuburkan di Abwa, daerah antara Makkah dan Madinah. Sepeninggal ibunya Nabi diasuh  Ummu Aiman yang meruapakanpembantu ibunda Nabi.

Selanjutnya Nabi diasuh dan dipelihara oleh kakeknya, Abdul Muthalib bin Hasyim. Abdul Mutalib sangat mencintai Nabi melebihi kecintaan kepada anak-anaknya (para paman Nabi). Namun dua tahun kemudian atau saat Nabi berumur 8 tahun kakeknya meninggal dunia.

Sepeninggal sang kakek Nabi diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Abu Thalib adalah ayah dari Sahabat yang mulia, Khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib. Abu Thalib termasuk seorang yang fakir. Namun ia mendapatkan keluasan rezki semenjak memelihara dan mengasuh Nabi.

Menggembala Kambing dan Berdagang

Pada masa kecilnya  Nabi bekerja  sebagai  penggembala kambing dan pedagang.  Pada usia  9 tahun (dalam versi lain 12 tahun) beliau melakukan perjalanan dagan ke Syam bersama pamannya Abu Thalib. Ketika mendekat daerah Bushra beliau bertemu pendeta Bahira. Bahira menyampaikan kepada Abu Thalib, kemanakannya tersebut akan menjadi Nabi terakhir. Sehingga Bahira menyuruh Abu Thalib untuk segerakembali dan mengembalikan Nabi ke Makkah. Dia mengkawatirkan ada musuh yang mengintai dan mencelakai Nabi.

Memasuki usia 25 tahun Nabi  kembali melakukan perjalanan dagang ke Syam untuk yang kedua kalinya. Kali ini ia menjualkan barang dagangan milik Sayyidah Khadijah. Khadijah binti Khuwailid adalah seorang saudagar  terhormat dan kaya raya. Beliau memilih  bekerjasama dengan Muhammad karena beliau mendengar kabar tentang kejujuran dan akhlaq mulia yang dimiliki Nabi.

Perjalanan dagang ini  beliau lakukan bersama pegawai Khadijah yang bernama Maisarah. Mereka kembali dengan membawa hasil berupa keuntungan yang besar.  Selang dua bulan setelah kembali dari perjalanan dagang ini Nabi dilamar oleh Khadijah. Usia Nabi ketika menikah adalah 25 tahun, sedangkan Siti Khadijah 40 tahun.

Ikut Serta dalam Renovasi Ka’bah

Pada saat beliau berusia 35 tahun orang-orang Quraisy merenovasi (membangun kembali) Ka’bah. Nabi ikut serta dalam “kerja bakti” pembangunan kembali Ka’bah. Beliau turut mengangkat bebatuan bersama para pembesar Quraisy dan pamannya Al-Abbas bin Abdul Muthalib.

Tatkala pekerjaan sampai pada pelatakkan Hajar Aswad ke tempatnya, mereka berselisih tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya semula. Mereka kemudian bersepakat agar yang menjadi penengah adalah siapapun yang masuk Masjid lebih dahulu. Dan ternyata yang pertama masuk adalah Rasulullah. Hal ini disambut dengan gembira oleh orang-orang Quraisy. Mereka berkata, “Kami rela dengan al-Amin”.

Tumbuh Sebagai Pemuda Terhormat

Nabi menjalani masa muda sebagai remaja dan pemuda yang terhormat. Beliau terkenal di tengah-tengah kaumnya dengan berbagai sifat terpuji, seperti jujur, amanah, lembuh, pemalu, tawadhu (rendah hati). Oleh karena itu beliau sangat dicintai dan dihormati oleh kaumnya.  Sehingga mereka menggelarinya dengan Al-Amin (yang terpercaya).

Beliau juga dijaga oleh Allah dari perangai jahiliyah sejak kecilnya. Beliau tidak pernah minum khamar dan sujud kepada patung (menyembah berhala). Menjelang usia 40 tahun beliau lebih ‘’menjauh” dari hiruk pikuk kehidupan kaumnya dan memilih menyendiri untuk ibadah. Beliau menyepi di Gua Hira yang terletak di gunung an-Nur (Jabal Nur).

Beliau berkhalwat (menyendiri) di  selama sepuluh  hari sampai sebulan. Ibadah  yang beliau lakukan saat itu mengikuti syariat kakeknya, Nabi Ibrahim.  Beliau melakukan ibadah di Gua Hira hingga di usia 40 tahun beliau diangkat menjadi Nabi. Semoga Allah melimpahkan Shalawat dan keselamatan Nabi Muhammad dan seluruh keluarganya serta para Sahabatnya. Dihyah/Sym. []

Sumber: Khulashah Nuril Yaqin fi Sirati Sayyidil Mursalin, karya Syaikh Umar Abdul Jabbar

 

 

One thought on “Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad (1)”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *